MAUK, – Komet.News – Jum’at (11/07/2025) – Nama Ki Mauk erat melekat dengan sejarah wilayah Mauk, Kabupaten Tangerang. Beliau adalah dzuriat (keturunan) Kesultanan Banten yang dikenal sebagai tokoh kharismatik, dihormati, dan tercatat nyata dalam sejarah, bukan tokoh fiktif.
Silsilah Ki Mauk dan keturunannya masih terdata rapi hingga kini, meski tidak semua generasi mengetahui. Sebagian keturunan beliau masih merawat catatan keluarga tersebut. Makam Ki Mauk sendiri berada di Jenggot, bukan di wilayah Mauk, sehingga banyak keturunannya berziarah ke sana.
Perbedaan Tiga Sosok “Ki Mauk”
Dalam sejarah masyarakat, terdapat tiga tokoh yang kerap disebut Ki Mauk, yaitu:
1. Ki Mawuk/Mauk – Tokoh keturunan bangsawan Banten dari ibu berdarah Tionghoa Muslim pesisir Tanjung Kait. Nama beliau kemudian diabadikan menjadi nama Kecamatan Mauk. Makamnya berada di Jenggot.
2. Wedana Mauk – Seorang pejabat pemerintah yang ditugaskan di wilayah Mauk pada masa kolonial.
3. Buyut Mauk – Tokoh Tionghoa yang dimakamkan di Kecamatan Mauk. Namun, data mengenai nama asli dan keturunannya masih belum terkonfirmasi.
Silsilah Ki Mauk
Ki Mauk yang merupakan dzuriat Kesultanan Banten memiliki nama asli Pangeran Ahmad Sholeh atau dikenal juga sebagai Pangeran Ahmad Awuk (Ki Mauk). Beliau adalah putra Pangeran Muhammad Chan bin Pangeran Abdul Alim dan masih memiliki garis keturunan dari Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) Cirebon.
Darah Tionghoa Muslim mengalir dari garis ibunya, sementara dari garis neneknya, Nyi Rd. Ratna Komala, mengalir darah bangsawan Kraton Sumedang Larang, bahkan masih terkait dengan Rd. Cimang Buaran Asem.
Ki Mauk adalah putra dari pernikahan Pangeran Muhammad Chan dengan Cie Lie Ning Roudhoh Chan atau yang lebih dikenal dengan sebutan Nyi Kembang Kuning.
Nyi Kembang Kuning, Pendekar dan Tabib
Cie Lie Ning Roudhoh Chan atau Nyi Kembang Kuning di masyarakat lebih dikenal sebagai Nyi Iroh/Ema Kebon. Ia merupakan seorang pendekar silat dan juga tabib yang mengobati masyarakat dengan ramuan obat-obatan dari kebun yang ditanamnya sendiri.
Julukan Ema Kebon disematkan oleh masyarakat karena kesehariannya banyak berkebun dan menanam tanaman herbal yang digunakan untuk pengobatan.
Kehadiran Ki Mauk dan keturunannya hingga kini masih menjadi bagian penting dari sejarah Banten dan Tangerang, terutama dalam kaitannya dengan peran para dzuriat Kesultanan Banten di pesisir utara Jawa. Dari sumber babadbanten.com. (Redaksi).